BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu masalah yang dihadapi oleh negara
Indonesia adalah masalah pengangguran. Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk
orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan yang layak. Tingkat pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung
terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah - masalah sosial politik yang
juga semakin meningkat. Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup besar, arus
migrasi yang terus mengalir, serta dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan
sampai saat ini, membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat besar dan
kompleks.
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain,
yaitu pendidikan yang rendah, kurangnya keterampilan, kurangnya lapangan kerja,
kurangnya tingkat EQ masyarakat, rasa malas dan ketergantungan diri terhadap
orang lain, dan tidak mau berwirausaha.
Jika masalah pengangguran yang demikian rumit
dibiarkan berlarut-larut maka sangat besar kemungkinannya untuk mendorong suatu
krisis sosial. yang terjadi tidak saja menimpa para pencari kerja yang baru
lulus sekolah, melainkan juga menimpa orangtua yang kehilangan pekerjaan karena
kantor dan pabriknya tutup. Indikator masalah sosial bisa dilihat dari begitu
banyaknya anak-anak yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen,
pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang
kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan pengangguran ?
2.
Apa saja jenis pengangguran ?
3.
Apa penyebab dari pengangguran ?
4.
Bagaimana tingkat pengangguran di Indonesia ?
5.
Apa dampak dari pengangguran ?
6.
Bagaimana cara untuk mengatasi pengangguran ?
1.2 TUJUAN
1.
Memberikan informasi tentang pengertian pengangguran secara umum maupun
menurut para ahli
2.
Memberikan informasi tentang jenis-jenis pengangguran yang ada di
Indonesia
3.
Menjelaskan penyebab dari
pengangguran
4.
Menjelaskan tentang tingkat pengangguran di Indonesia
5.
Memberikan informasi tentang dampak dari pengangguran
6.
Memberikan informasi cara untuk mengatasi pengangguran
BAB 2
LANDASAN PUSTAKA
2.1 Masalah Kelebihan Tenaga Kerja
Lewis tidak menyangkal bahwa beberapa negara
berkembang, seperti di negara-negara Afrika dan Amerika Latin, terdapat
masalah kekurangan tenaga kerja. Akan tetapi di banyak negara berkembang
lainnya, India, Mesir, Jamaika, dan negara kita sendiri, terdapat tenaga kerja
yang berlebih. Di negara ini jumlah penduduk tidak seimbang jika dibandingkan
modal dan kekayaan alam yang tersedia, dan sebagai akibat dari keadaan ini
terdapat kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktivitasnya sangat kecil, atau
nol. Maka apabila sebagian dari pekrja dalam kegiatan tersebut dipindahkan ke kegiatan
lain, produksi dalam sektor yang pertama tidak akan menurun. Di sektor
pertanian, tanah yang dimiliki kebanyakan petani luasnya sangat terbatas
sehingga sebagian anggota keluarga dapat bekerja pada kegiatan lain tanpa
mengurangi produksi keluarga tersebut. Juga di beberapa jenis kegiatan jasa
terdapat pekerjaan-pekerjaan yang dikerjakan oleh jumlah pekrja yang melebihi
daripada yang sebenarnya diperlukan.
Kelebihan tenaga kerja tersebut merupakan pengangguran terselubung yang dapat
dialihkan dan digunakan sektor lain tanpa mengurangi produksi di sektor di mana
pada mulanya para penganggur tersebut barada. Selain itu masih terdapat
beberapa sumber lain untuk tambahan tenaga kerja yang diperlukan oleh sektor
yng berkembang, yaitu: kaum wanita yang bekerja dalam keluarga atau rumah
tangganya sendiri, pertambahan penduduk dari masa ke masa, dan pengangguran
baru yang diciptakan oleh pertambahan efisiensi. Sumber-sumber tenaga kerja ini
memungkinkan negara yang menghadapi masalah kelebihan penduduk
mengembangkan industi-industri baru dan kegiatan-kegiatan ekonomi baru lainnya
tanpa mengalami kekurangan tenaga kerja yang tidak terdidik. Dengan demikian
dapatlah dikatakan bahwa penawaran tenaga kerja tidak terbatas. Pada mulanya
akan dihadapi masalah kekurangan tenaga kerja terampil dan terdidik, tetapi
dalam jangka panjang hal ini dapat diatasi dengan memperluas pendidikan. Dengan
demikian hambatan pembangunan yang terutama adalah kekurangan modal dan
kekayaan alam yamg terbatas.
(Disadur dari Buku Sukirno, 2006)
Menurut Edgar O. Edward (tahun 1974 ) buku
Ekonomi Pembangunan (Lincolin Arsyad, 1999: 35) perlu diperhatikan
dimensi-dimensi:
1.
Waktu (banyak di antara mereka yang bekerja
lebih lama, misalnya jam kerjanya per hari, per minggu, atau per tahun).
2.
Produktivitas (kurangnya produktivitas
seringkali disebabkan oleh kurangnya sumber daya-sumber daya komplementer Untuk
melakukan pekerjaan).
3. Intensitas
pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan)
Menurut
Edgar O. Edward (tahun 1974 ) Pengangguran dibagi kedalam 5 Bentuk :
1.
Pengangguran terbuka : baik sukarela (mereka
yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun
secara terpaksa (mereka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan).
2.
Setengah menganggur (underemployment): yaitu
mereka yang bekerja lamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka
biasa kerjakan.
3. Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara
penuh: yaitu mereka yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan
setengah pengangguran, termasuk di sini adalah:
a.
Pengangguran tak kentara (disguised
unemployment) Misalnya para petani yang bekerja di lading selama sehari penuh,
apdahal pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu selama sehari penuh.
b.
Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment)
Misalnya oaring yang bekerja tidak Sesuai dengan tingkat atau jenis
pendidikannya.
c. Pensiun lebih awal
Fenomena ini merupakan kenyataan yang terus
berkembang di kalngan pegawai pemerintah. Di beberapa negara, usia pensiun
dipermuda sebagai alat menciptakan peluang bagi yang muda untuk menduduki
jabatan di atasnya.
4.
Tenaga kerja yang lemah (impaired): yaitu
mereka yang mungkin bekerja full time, tetapi intensitasnya lemah karena kurang
gizi atau penyakitan.
5. Tenaga kerja yang tidak produktif : yaitu
mereka yang mampu untuk bekerja secara produktif tetapi karena sumber
daya-sumber daya penolong kurang memadai maka mereka tidak bisa menghasilkan
sesuatu dengan baik.
2.2 Pengertian Pengangguran
Kita sering mendengar kata pengangguran, tapi apakah
kita tau apa itu arti pengangguran yang sebenarnya?
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang
tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para
pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu
menyerapnya.
Seperti halnya hal-hal lain
pengangguran juga di golongkan menjadi beberapa jenis seperti : a)
Pengangguran Ketidakcakapan Pengangguran ketidak cakapan adalah
pengangguran yang terjadi karena seseorang mempunyai cacat fisik atau jasmani,
sehingga dalam dunia perusahaan mereka sulit untuk diterima menjadi
pekerja/karyawan, b) Pengangguran tak kentara atau pengangguran
terselubung (disguised unemployment/invisible unemployment) adalah
pengangguran yang terjadi apabila para pekerja telah menggunakan waktu kerjanya
secara penuh dalam suatu pekerjaan, tetapi dapat ditarik ke sektor lain
tanpa mengurangi outputnya, c) Pengangguran kentara atau pengangguran
terbuka (visible unemployment) adalah pengangguran yang timbul
karena kurangnya kesempatan kerja atau tidak adanya lapangan pekerjaan. (lihat
pada ssbelajar.blogspot.com)
Banyak
hal yang menyebabkan banyaknya pengangguran di negara ini, Kementrian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat bahwa jumlah Tenaga Kerja Asing (TKA) di
Indonesia per 31 Mei berjumlah 45.981 jiwa. Jumlah TKA tertinggi menurut
propinsi berada di Propinsi DKI Jakarta, sejumlah 28.663 jiwa .TKA dengan
jumlah tertinggi berasal dari RRC sejumlah 8.620 jiwa dan diikuti TKA Jepang
sejumlah 5.295 jiwa (Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2010). Survey yang
dilakukan Bank Indonesia terhadap TKA menunjukkan lbahwa banyak TKA tersebut
yang mendapat gaji dan fasilitas lebih baik daripada tenaga kerja lokal (lihat
Yudanto, 2009).
Dari
hasil survey terhadap 365 orang TKA, didapatkan hasil bahwa persentase TKA yang
mendapat gaji lebih dari Rp. 25 juta sampai Rp. 50 juta dengan pendidikan
setingkat SMA adalah sebesar 20% dari responden lulusan SMA, tingkat pendidikan
setingkat S1 sebesar 15% dari responden lulusan S1, serta TKA dengan tingkat
pendidikan setingkat S2 dan S3 sebesar 20% dari responden lulusan S2 dan S3.
Dari sisi industri, terdapat permasalahan berupa pemenuhan kebutuhan tenaga
kerja. tenaga kerja atau karyawan merupakan hal vital bagi industri.
Jika
industri kekurangan tenaga kerja, maka dampaknya akan sangat besar.
Permasalahan yang biasanya terjadi adalah, kebutuhan tenaga kerja tidak
terpenuhi dalam. Seperti diketahui, biaya untuk merekrut tenaga kerja baru
cukup tinggi (Willette, 2010). Biaya dalam hal ini bisa juga diartikan dalam
kerugian yang akan dialami industri. Biaya tersebut, antara lain : a) Beban
kerja. Ketika ada karyawan yang mengundurkan diri, maka akan ada pekerjaan
karyawan tersebut yang ditinggalkan dan harus ditangani oleh karyawan yang
lain. Karyawan yang mendapatkan pekerjaan tambahan pastinya akan menuntut
tambahan insentif. Insentif bisa berupa insentif lembur atau insentif tambahan
pekerjaan. Hal ini membut perusahaan harus meneluarkan 2 kali gaji dan hal
tersebut cukup merugikan, b) Tidak efisien waktu. Untuk melakukan seleksi karyawan
baru, dibutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini akan membuat tidak efisien
terhadap waktu. Waktu tersebut seharusnya bisa dialokasikan untuk sesuatu yang
lebih produktif, c) Biaya iklan lowongan. Untuk mengiklankan informasi lowongan
pekerjaan, dapat dilakukan melalui internet, pamflet, email, radio, televisi,
koran, atau media lainnya.Untuk melakukannya, membutuhkan biaya yang cukup
tinggi dan hal tersebut membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya yang
tinggi, d) Hilangnya produktivitas. Jika ada karyawan yang mengundurkan diri,
meninggalkan pekerjaan yang belum terselesaikan. Hal ini dapat mengurangi
produktivitas kerja individu dan perusahaan, e) Biaya pewawancara pelamar.
Untuk melakukan wawancara, perusahaan harus membayar pewawancara. Biaya untuk
membayar pewawancara tidak murah. Jika perusahaan melakukan ini berkali-kali,
maka biayanya akan semakin tinggi.(lihat heavenoflight.blogspot.com)
Ada
beberapa sebab langsung terjadinya pengangguran besar-besaran di Indonesia
yaitu : 1) Pemutusan Hubungan Kerja, 2) kelangkaan lapangan kerja, 3)
Pemulangan TKI ke Indonesia, 4) Rasionalisasi kariawan. Selain itu
pengangguran pada umumnya disebabkan karena tidak seimbangnya antara jumlah
angkatan kerja dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
Pada tanggal 17 0ktober kemarin, komunitas Global baru saja merayakan hari anti
kemiskinan sedunia. Tetapi di negeri ini masalah kemiskinan bukanlah hal yang
luar biasa. Sejak jaman nenek moyang kita predikat negara miskin masih saja
melekat pada negeri ini. Keadaan ini sangat berbanding terbalik dengan kekayaan
alam yang kita miliki. Mungkin karena negara kita terlalu kaya akan sumber daya
alam yang melimpah menyebabkan ara investor asing kian berdatangan, kedatangan
investor asing bukan malah membawa kebaikan malah justru membuat pengangguran
semakin bertambah karena investor-investor asing lebih banyak mencari tenaga
kerja yang berkulitas dan bermutu.
Pengangguran
di Indonesia
Pengangguran
merupakan salah satu masalah yang ada di negeri kita. Banyaknya pengangguran
menjadikan Indonesia terkenal dengan kemiskinannya. Semakin banyaknya
pengangguran keadaan ekonomi bangsa kita semakin buruk. pengangguran di
Indonesia terus meningkat sampai mencapai titik yang mengkhawatirkan.
Menurut Sudradjad dalam bukunya yang berjudul Kiat
Mengentaskan Pengangguran melalui Wirausaha menyebutkan bahwa faktor yang
menyebabkan terjadinya banyak pengangguran adalah rendahnya kualitas
pendidikan. Masyarakat bangsa
kita kalah dengan orang asing yang mendaftar pekerjaan di negara kita ini. Ada
juga lapangan kerja yang memerlukan skill khusus yang hanya menerima pencari
kerja yang benar-benar ahli dalam skill yang dibutuhkan seperti contohnya
Bahasa Inggris, Ilmu komputer. Hal ini membuat pengangguran semakin meningkat
karena tidak ada titik temu antara pencari kerja dan lapangan pekerjaan. Ini terjadi karena pencari kerja hanya
berbekal sekolah umum dan hanya sedikit yang berasal dari ilmu kejuruan atau
bahkan mereka hanya lulusan SD.
Faktor
yang lain yaitu kurangnya lapangan pekerjaan sedangkan jumlah penduduknya
sangat banyak. Hal ini dapat mengakibatkan banyaknya jumlah pengangguran karena
masyarakat kita hanya mengandalkan kemampuannya untuk menjadi pegawai tidak
memikirkan bahwa berwirausaha itu lebih baik.
Menurut
Sudradjad kurangnya ketrampilan yang dimiliki oleh masyarakat juga menjadi
faktor penyebab terjadinya pengangguran. Perusahaan tidak hanya menginginkan
pegawainya yang memiliki jenjang pendidikan yang tinggi tetapi justru
ketrampilan yang baik yang mereka harapkan.
Faktor
lainnya yaitu rasa malas. Masyarakat Indonesia tidak sedikit yang hanya
mengandalkan penghasilan orang tua karena orang tuanya kaya. Masyarakat
Indonesia juga kurang mempunyai motivasi dalam dirinya untuk bekerja. Karena
sudah lelah dalam memcari pekerjaan tetapi hasilnya nihil maka pencari kerja
ini kehilangan kepercayaan dirinya dan mereka lupa bahwa sebenarnya bekerja
tidak hanya di perusahaan tetapi masih banyak bidang lain seperti peternakan,
industri kecil.
Dan
faktor yang paling utama menurut Sudradjat adalah kurangnya jiwa wirausaha yang
dimilik oleh masyarakat Indonesia. Lulusan Negara kita banyak yang hanya
menjual ijazahnya ke perusahaan untuk melamar pekerjaan di perusahaan tersebut.
Padahal hanya beberapa saja yang bisa di terima. Mereka kurang menyadari bahwa
bila dengan berwirausaha mereka akan bisa cepat sukses tanpa bergantung dengan
orang lain serta mampu membuka lapangan pekerjaan untuk mengurangi pengagguran
yang terjadi di Indonesia. Pengangguran merupakan masalah yang membawa
masyarakat kepada kemiskinan. Hal ini yang memicu segala persoalan yang terjadi
yang selalu menghantui Bangsa Indonesia. Maka dari itu jiwa wirausaha sangat
penting.
BAB 3
PEMBAHASAN
Pengertian Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk
orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan
kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang
ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomiankarena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan
berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah-masalah sosial lainnya.
Adapun
pengertian pengangguran menurut para ahli:
Menurut Sukirno ( 2004 : 28 ) pengangguran
adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang secara aktif mencari
pekerjaan tetapi belum memperolehnya. Selanjutnya International Labor
Organization ( ILO ) memberikan definisi pengangguran yaitu :
·
Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk
usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima
pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan.
·
Setengah pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai
buruh karyawan dan pekerja mandiri ( berusaha sendiri ) yang selama periode
tertentu secara terpaksa bekerja kurang dari jam kerja normal, yang masih
mencari pekerjaan lain atau masih bersedia mencari pekerjaan lain / tambahan (
BPS, 2001: 4 ).
Sedangkan menurut Survei Angkatan Kerja
Nasional ( SAKERNAS ) menyatakan bahwa :
·
Setengah pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35
jam per minggu yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima
pekerjaan lain.
·
Setengah pengangguran sukarela adalah orang yang bekerja kurang dari 35
jam per minggu namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima
pekerjaan lain ( BPS, 2000: 14 ).
Jenis Pengangguran
Berdasarkan jam kerja
Berdasarkan
jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
·
Pengangguran terselubung (disguised
unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
suatu alasan tertentu.
·
Pengangguran setengah
menganggur (under unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja
setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam
selama seminggu.
·
Pengangguran terbuka (open
unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai
pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan
penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 9 macam:
·
Pengangguran friksional (frictional
unemployment) adalah pengangguran karena pekerja menunggu pekerjaan yang
lebih baik.
·
Pengangguran struktural (Structural
unemployment) adalah pengangguran yang disebabkan oleh penganggur yang
mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan
pembuka lapangan kerja.
·
Pengangguran teknologi (Technology
unemployment) adalah pengangguran yang disebabkan perkembangan/pergantian
teknologi. Perubahan ini dapat menyebabkan pekerja harus diganti untuk bisa
menggunakan teknologi yang diterapkan.
·
Pengangguran kiknikal
adalah pengangguran yang disebabkan kemunduran ekonomi yang menyebabkan
perusahaan tidak mampu menampung semua pekerja yang ada. Contoh penyebabnya,
karena adanya perusahaan lain sejenis yang beroperasi atau daya beli produk
oleh masyarakat menurun.
·
Pengangguran musiman adalah
pengangguran akibat siklus ekonomi yang berfluktuasi karena pergantian musim.
Umumnya pada bidang pertanian dan perikanan. Contohnya adalah para petani dan nelayan.
·
Pengangguran setengah
menganggur adalah pengangguran di saat pekerja yang hanya bekerja di bawah jam
normal (sekitar 7-8 jam per hari).
·
Pengangguran keahlian
adalah pengangguran yang disebabkan karena tidak adanya lapangan kerja yang
sesuai dengan bidang keahlian. Pengangguran jenis ini disebut juga pengangguran
tidak kentara dikarenakan mempunyai aktivitas berdasarkan keahliannya tetapi
tidak menerima uang. Contohnya adalah anak sekolah (siswa) atau mahasiswa.
Mereka adalah ahli pencari ilmu, tetapi mereka tidak menghasilkan uang dan
justru harus mengeluarkan uang atau biaya, misalnya harus membeli paket buku
LKS atau membayar biaya kursus yang diselenggarakan oleh sekolahnya sendiri.
Contoh lainnya adalah (misalnya) seorang pelatih pencak
silat yang tidak meminta gaji dari
organisasinya. Pengangguran tidak kentara ini, juga bisa disebut sebagai
pengangguran terselubung.
·
Pengangguran total adalah
pengangguran yang benar-benar tidak mendapat pekerjaan, karena tidak adanya
lapangan kerja atau tidak adanya peluang untuk menciptakan lapangan kerja.
·
Pengangguran unik adalah
pekerja yang menerima gaji secara rutin tanpa pemotongan, tetapi di tempat
kerjanya hanya sering diisi dengan bercerita sesama pekerja karena minimnya
pekerjaan yang harus dikerjakan. Hal ini disebabkan karena tempat kerjanya
kelebihan tenaga kerja. Pengecualian untuk pegawai atau petugas pemadam kebakaran atau
penanggulangan bencana alam. Pegawai atau petugas seperti demikian tenaganya
harus disimpan dan dipersiapkan secara khusus jika ada pelatihan atau simulasi
atau harus diterjunkan pada situasi sebenarnya.
Penyebab terjadinya pengangguran
- Pendidikan
rendah. Pendidikan yang rendah dpat menyebabkan
seseorang kesulitan dalam mencari pekerjaan. Di karenakan semua perusahaan
membutuhkan pegawai seminimal SMA.
- Kurangnya
keterampilan. Banyak mahasiswa atau lulusan SMA yang sudah
mempunyai kriteria dalam bekerja,namun dalam teknisnya keterampilannya
masih kurang. Sehingga susah dalam mencari pekerjaan.
- Kurangnya
lapangan pekerjaan. Setiap tahunnya, Indonesia
memiliki jumlah lulusan sekolah atau kuliah yang begitu tinggi. Jumlah
yang sangat besar ini tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan yang ada,
baik yang di sediakan oleh pemerintah maupun swasta.
- Kurangnya
tingkat EQ masyarakat. Tingkat EQ meliputi kemampuan
seseorang dalam mengandalikan emosi, yang berpengaruh terhadap keterampilan
berbicara/berkomunikasi, bersosialisasi, kepercayaan diri, dan sifat
lainnya yang mendukung dalam hidup di masyarakat. Orang yang pandai
berkomunikasi dan pandai bersosialisasi lebih mudah mendapatkan pekerjaan
di banding orang yang selalu pendiam dan tidak berani mengeksplor potensi
diri.
- Rasa
malas dan ketergantungan diri pada orang lain.
Misalnya ada seorang lulusan sarjana yang kemudian tidak mau bekerja dan
lebih suka menggantungkan hidup kepada orang tua atau pasangannya bila
sudah menikah. Ia termasuk pengangguran, selain itu ia melewatkan peluang
untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan bagi orang lain.
- Tidak
mau berwirausaha. Umumnya sesorang yang baru
lulus sekolah/kuliah terpaku dalam mencari pekerjaan, seolah itu adalah
tujuan yang sangat mutlak. Sehingga persaingan mencari pekerjaan lebih
besar di bandingkan membuat suatu usaha.
Tingkat pengangguran di Indonesia
Melemahnya
daya serap tenaga kerja di beberapa sektor industri, membuat angka pengangguran
bertambah. Badan Pusat
Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di
Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 7,56 juta orang, bertambah 320 ribu orang
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 7,24 juta jiwa.
Pada
Agustus 2015, tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan didominasi oleh
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12,65 persen, disusul Sekolah Menengah Atas
sebesar 10,32 persen, Diploma 7,54 persen, Sarjana 6,40 persen, Sekolah
Menengah Pertama 6,22 persen, dan Sekolah Dasar ke bawah 2,74 persen.
Dikutip CNNIndonesia, Direktur Statistik Kependudukan dan
Ketenagakerjaan BPS Razali Ritonga mengatakan jumlah angkatan tenaga kerja
meningkat sedangkan daya serap tenaga kerja dari beberapa industri melemah.
Jumlah
angkatan kerja pada Agustus 2015 bertambah 510 ribu orang menjadi 122,38 juta,
dibandingkan Agustus 2014 yang sebanyak 121,87 juta jiwa. "Ada PHK dan
daya serap yang agak menurun, sehingga pengangguarn meningkat," kata
Rizali di kantor pusat BPS, Jakarta, Kamis (5/11).
Razali
mengatakan sebagian industri yang melakukan PHK adalah industri yang memiliki
ketergantungan terhadap bahan baku impor. Melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS turut menambah beban biaya produksi sektor industri tersebut.
Perlambatan
pertumbuhan ekonomi nasional ditambah terseoknya nilai rupiah
terhadap dolar memicu terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di
seluruh Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja, jumlah karyawan
yang dirumahkan 26.506 orang sepanjang September 2015.
Pemerintah
sudah mengeluarkan paket kebijakan
ekonomi yang diharapkan bisa menarik investasi dan membuka lapangan pekerjaan.
Pemerintah memberi banyak insentif bagi penanaman modal, salah satunya
kemudahan berinvestasi di kawasan industri.
Dari
data BPS, selama setahun terakhir (Agustus 2014-Agustus 2015) kenaikan
penyerapan tenaga kerja terjadi terutama di Sektor Konstruksi sebanyak 930 ribu
orang (12,77 persen), Sektor Perdagangan sebanyak 850 ribu orang (3,42 persen),
dan Sektor Keuangan sebanyak 240 ribu orang (7,92 persen).
Penyerapan
tenaga kerja hingga Agustus 2015 masih didominasi oleh penduduk bekerja
berpendidikan rendah, yaitu SD ke bawah 50,8 juta orang (44,27 persen) dan SMP
20,7 juta (18,03 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak
12,6 juta orang, mencakup 3,1 juta diploma dan 9,5 juta sarjana.
Dampak Pengangguran
1.
Pendapatan Per Kapita
Orang yang menganggur berarti tidak memiliki
penghasilan sehingga hidupnya akan membebani orang lain yang bekerja. Dampaknya
adalah terjadinya penurunan pendapatan per-kapita. Dengan kata lain, bila
tingkat pengangguran tinggi maka pendapatan per kapita akan menurun dan
sebaliknya bila tingkat pengangguran rendah pendapatan per kapita akan
meningkat, dengan catatan pendapatan mereka yang masih bekerja tetap.
2.
Pendapatan Negara
Orang yang bekerja mendapatkan balas jasa
berupa upah/gaji, Upah/gaji tersebut sebelum sampai di tangan penerima dipotong
pajak penghasilan terlebih dahulu. Pajak ini merupakan salah satu sumber
pendapatan negara sehingga bila tidak banyak orang yang bekerja maka pendapatan
negara dari pemasukan pajak penghasilan cenderung berkurang.
3.
Beban Psikologis
Semakin lama seseorang menganggur semakin
besar beban psikologis yang ditanggungnya. Orang yang memiliki pekerjaan
berarti ia memiliki status sosial di tengah-tengah masyarakat. Seseorang yang
tidak memiliki pekerjaan dalam jangka waktu lama akan merasa rendah diri (
minder ) karena statusnya yang tidak jelas.
4.
Munculnya Biaya Sosial
Tingginya tingkat pengangguran akan
menimbulkan pengeluaran berupa biaya-biaya sosial seperti biaya pengadaan
penyuluhan, biaya pelatihan, dan biaya keamanan sebagai akibat kecenderungan
meningkatnya tindak kriminalitas.
Cara mengatasi pengangguran
·
Meningkatkan peran pemerintah dalam penyediaan lapangan
kerja dan menyedikan infrastruktur perekonomian
·
Bank sentral menurunkan suku bunga untuk mendorong investasi
·
Meningkatkan mutu pendidikan,
·
Meningkatkan latihan kerja untuk memenuhi kebutuhan keterampilan sesuai
tuntutan industri modern,
·
Meningkatkan dan mendorong kewiraswastaan,
·
Mendorong terbukanya kesempatan usaha - usaha informal,
·
Meningkatkan pembangunan dengan sistem padat karya,
·
Membuka kesempatan kerja ke luar negeri
Cara mengatasi pengangguran struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis
ini, cara yang digunakan adalah:
·
Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
·
Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang
kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
·
Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan
(lowongan) kerja yang kosong, dan
·
Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
pengangguran.
Cara mengatasi pengangguran friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara
umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:
·
Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri
baru, terutama yang bersifat padat karya.
·
Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
·
Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
·
Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga
kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan
swasta.
Cara mengatasi pengangguran musiman
Jenis pengangguran ini bisa diatasi
dengan cara sebagai berikut:
·
Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain.
·
Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu
ketika menunggu musim tertentu.
Cara mengatasi pengangguran siklis
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini
antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:
·
Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa.
·
Meningkatkan daya beli masyarakat.
Cara mengatasi
pengangguran konjungtural
·
Meningkatkan
daya beli masyarakat
·
Mengatur
bunga Bank agar tidak terlalu tinggi
Cara Mengatasi
pengangguran deflasioner
·
Pelatihan
tenaga kerja
·
Menarik
investor baru
Cara mengatasi
pengangguran teknologi :
Pengenalan teknologi
yang ada sejak usia dini Pelatihan tenaga pendidik untuk menguasai
teknologi baru yang harus disampaikan pada anak.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pengangguranmerupakan masalah yang sangat
serius di Indonesia. Oleh karena itu, harus ditangani lebih serius agar
kestabilitasan pemerintah tidak terganggu. Karena penanganan masalah pengangguran yang tidak serius dapat mengancam
kestabilitasan semua instansi kepemerintahan.
Untuk itu masalah ini bukan hanya tanggung
jawab dari Departemen Ketenaga Kerjaan dan Transmigrasi, tetapi menjadi
tanggung jawab kita semua demi meningkatkan kesejahteraan rakyat dan
memperbaiki perekonomian Indonesia. Untuk itu dalam hal ini dibutuhkan kerjasama dari semua pihak yang
terkait sangat dibutuhkan demi tercapainya tujuan untuk mengurangi tingkat
pengangguran di Indonesia
Saran
Untuk mengurangi tingkat pengangguran, maka harus ada peran
pemerintah. Pemerintah harus bisa mengeluarkan kebijakan yang bisa terciptanya
lapangan pekerjaan, serta menjalankan kebijakan yang konsisten tersebut dengan
sungguh-sungguh sampai terlihat hasil yang maksimal. Pemerintah memberikan
penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kerja kepada masyarakat untuk bisa
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya
masing-masing untuk mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,
produktifitas dan kesejahteraan. Selain dari pemerintah, masyarakat juga harus
ikut berpartisipasi dalam upaya pengurangan jumlah pengangguran yang terjadi di
Indonesia.
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA
Arastid.lincolin, Ekonomi Pembangunan.
Sukirno.Sadono, EKONOMI PEMBANGUNAN proses, masalah, dan dasar kebijaksanaan.
https://beritagar.id/artikel/berita/data-bps-pengangguran-di-indonesia-756-juta-orang
Http: //ekonomi-indonesia-bisnis.infogue.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran